Waktu Bijaksana Ajukan Kredit

Lebih bijaklah ketika menghadapi situasi perekonomian saat ini.

Perencana keuangan Aliyah Natasya menyarankan masyarakat meninjau kondisi keuangannya masing-masing. Dia mengajak semua orang untuk lebih bijak menghadapi situasi perekonomian saat ini. "Supaya tidak terjebak dengan bunga kredit yang tinggi, pilih dengan cermat jenis kredit yang diambil sesuai kebutuhan," kata Aliyah pada satu ajang seminar virtual.

 

Masyarakat Indonesia, kata Aliyah, kerap kali mengajukan kredit berdasarkan kebutuhan konsumtif bukan kebutuhan dasar. Alhasil, banyak yang akhirnya terjebak dalam kondisi tidak mampu bayar atau menunggak.

 

Untuk mengantisipasi risiko tersebut, seseorang perlu mencermati arus kas atau cash flow keuangannya. Tidak hanya saat ini, namun juga prediksi di kemudian hari guna mengetahui kemampuan membayar jika mengajukan kredit. Rekam jejak finansial di waktu terdahulu juga patut menjadi perhatian. Pastikan riwayatnya "aman", dalam artian tidak ada yang bermasalah.

 

Kaitannya dengan inflasi, menurut Aliyah, itu pasti akan terjadi. Dengan mengetahui hal tersebut, masyarakat sebaiknya mengambil langkah antisipasi. Misalnya, alokasi anggaran yang lebih besar untuk kebutuhan yang dirasa akan mengalami kenaikan harga. "Ketika sudah menyusun anggaran, lihat lagi apakah ada ruang cukup untuk membayar kredit," ucapnya.

Secara ideal, total cicilan kredit yang dimiliki dalam sebulan sebaiknya tidak melebihi 30 persen dari jumlah pendapatan. Sementara, 50 persen dari penghasilan idealnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan 20 persen lain untuk investasi.

 

Rumus tersebut bisa menjadi pedoman, namun kondisi di dunia nyata kerap tidak sepenuhnya ideal. Setidaknya, dalam kondisi paling tidak sesuai pun, usahakan jumlah cicilan tidak melebihi setengah dari pendapatan.

 

Karena sifat keuangan unik, dia menyarankan pengajuan kredit didasarkan pada kondisi masing-masing orang. Meski perekonomian Indonesia sudah mulai pulih, Aliyah memahami belum semuanya membaik. Banyak kalangan masih berada di masa transisi.

 

Apabila dana yang dimiliki terbatas, saran Aliyah ada baiknya menunggu beberapa waktu untuk melakukan transaksi finansial dengan nilai cukup besar. Sebaliknya, apabila memang dibutuhkan dan masih memadai dilakukan, kredit bisa diajukan untuk kebutuhan tertentu. "Kredit tidak selalu buruk. Jika melihat dari sudut pandang positif, kredit memberi injeksi pada cash flow. Cuma, ada kewajiban membayar dan bunga," ujar Aliyah.

firmbee com/unsplash

Kredit tidak selalu buruk. Jika melihat dari sudut pandang positif, kredit memberi injeksi pada cash flow. Cuma, ada kewajiban membayar dan bunga.

Maksud dan tujuan pengajuan kredit harus sesuai kebutuhan. Lihat kapabilitas dan kondisi keuangan kita sendiri. Saat bisa mengatur cash flow, tidak akan menghadapi kesulitan berarti.

Kenaikan harga barang dan jasa secara umum serta terus menerus yang diistilahkan dengan inflasi bisa mengimbas banyak hal. Akan tetapi, inflasi punya korelasi terbalik dengan suku bunga. Saat inflasi meningkat, suku bunga akan turun.

 

Artinya, di tengah kenaikan inflasi, penyaluran kredit di Indonesia justru bisa tumbuh positif. Pertanyaannya, apakah saat ini merupakan waktu yang bijaksana bagi konsumen untuk mengajukan kredit?

 

Tri Damayani (59 tahun) mengaku beberapa bulan lalu mengambil kredit di bank. Saat ditanya tujuan mengambil kredit tersebut, dia hanya mengaku untuk keperluan keluarga. ‘’Kebetulan ada kebutuhan yang cukup mendesak sehingga harus mengajukan kredit ke bank,’’ ujar perempuan yang baru saja menjalani masa pensiun tersebut saat ditemui pekan lalu.

 

Tri pun menyatakan cicilan kredit tersebut akan diambil dari uang pensiunnya sebagai seorang pegawai negeri sipil. ‘’Pokoknya potongannya tidak akan bikin saya sengsara,’’ kata dia seraya menutup pembicaraan.

Cek Kondisi Keuangan

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi periode Januari–Juni 2022 sebesar 3,19 persen. Sementara, tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2022 terhadap Juni 2021) sebesar 4,35 persen. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pun sempat melemah ke level Rp 15 ribuan.

 

Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede, menganalisis peningkatan inflasi Indonesia dalam tiga sampai empat bulan terakhir cenderung didorong oleh faktor sisi permintaan. Itu sejalan dengan gejolak kenaikan harga dan inflasi harga diatur pemerintah.

 

Josua mendapati pula bahwa secara umum kondisi perekonomian Indonesia cukup baik dengan pertumbuhan ekonomi yang solid. Meski terpantau positif, itu bisa mengimbas daya beli masyarakat.

 

Dengan pemulihan sebagian besar sektor, Josua mencermati peningkatan kebutuhan masyarakat yang merupakan pelaku usaha memicu kredit dan pembiayaan meningkat. Itu sekaligus membantu mendorong pelaku UMKM menjalankan usahanya.

freepik

Hingga April 2022, kredit modal kerja merupakan jenis kredit yang banyak diajukan, menyusul kredit konsumsi dan kredit investasi. Komposisi penggunaan terbesar masih berkaitan dengan industri.

 

Josua memberikan kiat bagi masyarakat yang hendak mengajukan kredit. "Maksud dan tujuan pengajuan kredit harus sesuai kebutuhan. Lihat kapabilitas dan kondisi keuangan kita sendiri. Saat bisa mengatur cash flow, tidak akan menghadapi kesulitan berarti," tutur Josua.

 

Direktur Utama IdScore (Pefindo Biro Kredit), Yohanes Arts Abimanyu, menggarisbawahi adanya tren peningkatan portofolio kredit sejak Februari 2022. Menurut data anggota maupun nonanggota IdScore, itu disebabkan oleh pemulihan ekonomi dan suku bunga yang rendah.

 

IdScore (Pefindo Biro Kredit) merupakan lembaga pengelola informasi perkreditan atau biro kredit yang terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Nilai portofolio kredit rata-rata anggota selama satu tahun terakhir tercatat sebesar Rp 3.379,66 triliun. Ini lebih tinggi Rp 395,52 triliun daripada rata-rata portofolio nonanggota.

 

Nilai tertinggi portofolio kredit terjadi sebelum pandemi (Februari 2020), yakni sebesar Rp 6.887,02 triliun. Sejak merebaknya pandemi, portofolio tertinggi terjadi pada Mei 2022 sebesar Rp 6.731,27 trilliun dengan pertumbuhan 0,53 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan tumbuh 8,08 persen dibandingkan tahun lalu.

scott graham/UNSPLASH

FREEPIK

Menurut Abimanyu, standar penyaluran kredit yang lebih ketat diperkirakan terjadi pada jenis kredit modal kerja, kredit konsumsi selain Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dan kredit Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM). Aspek kebijakan penyaluran kredit yang diperkirakan lebih ketat dibandingkan sebelumnya antara lain yaitu plafon kredit, jangka waktu kredit, premi kredit berisiko, dan agunan.

 

Dia menjelaskan, penyaluran kredit sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Pandemi yang mengimbas pertumbuhan ekonomi berdampak pula terhadap penyaluran kredit. Kondisi ekonomi yang tidak menentu membuat bank menjadi selektif ke calon debitur (orang atau badan usaha yang menerima pinjaman uang).

 

Pihak perbankan dapat menggunakan skor kredit sebagai acuan untuk mengukur tingkat kelayakan kredit seorang calon debitur sebelum pengambilan keputusan kredit. Skor kredit adalah angka yang mencerminkan reputasi keuangan individu atau lembaga dalam memenuhi kewajiban keuangannya.

 

Umumnya angka skor kredit berkisar antara 250 hingga 900. Semakin tinggi skornya, semakin rendah risiko kredit. Demikian pula sebaliknya. Menunggak pembayaran kredit akan memengaruhi skor kredit dan bisa mempersulit pengajuan kredit di masa depan.

Sejalan dengan pemulihan ekonomi, Abimanyu meninjau penyaluran kredit semakin meningkat. Tren suku bunga saat ini masih dalam kondisi stabil rendah dengan tingkat penyaluran kredit masih dalam batas growth.

 

Jumlah pengajuan kredit modal kerja terpantau paling tinggi dibandingkan kredit konsumsi dan investasi. Untuk kredit konsumsi, jenisnya bervariasi seperti Kredit Tanpa Agunan (KTA) dan KPR.  "Jika butuh dana dan memutuskan untuk mengajukan kredit, perhitungkan baik-baik. Bayar kewajiban sesuai yang dijanjikan, tepat waktu dan tepat jumlah," ungkap Abimanyu.

top